#Edisi September 2015 Pulang dari Pengabdian

blogger templates
Bagusjournal.com Selamat buat teman-teman  semoga kita diberi kesabaran dan kesehatan dalam menjalani kehidupan ini. Sobat semua di awal bulan september 2015 ini, saya akan mulai membagikan berbagai hal yang seru dan menarik. Langsung saja, saya akan bagikan sebuah cerita yang cukup bagus dan menarik pastinya. Saya akan berbagi cerita simak dan baca ya, terimakasih.



Foto diambil di RAJA AMPAT



KISAH YANG TAK TERULANG
Oleh:  Bagus Arif Setyawan

Tiba-tiba saja aku sudah ditarik dari tempat aku mengabdi. Aku merasa kesal sekaligus senang. Kesalku aku merasa belum cukup memberikan perhatianku sepenuhnya untuk siswaku. Senangnya aku bisa menghirup udara teknologi nantinya di tempat tinggalku.
Aku adalah salah satu guru yang ditugaskan di pedalaman Papua Barat. Atori merupakan nama kampung itu. Kampung yang harus aku datangi menggunakan jalur laut dan muara sungai dari pusat kabupaten. Kala itu bulan September 2014, aku bersama teman-teman menaiki kapal Fajar Mulia II menuju lokasi tugas. Selama 3 hari 2 malam perjalanan yang kami lakukan, mulai dari Teminabuan kemudian berlabuh di Inanwatan (berkuranglah temanku), dan berakhir di Kokoda. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa dan takkan terulang kembali. Waktu itu hanya dengan membayar uang seratus ribu rupiah kami bisa naik dan mendapat sebungkus nasi.
              Kokoda adalah persinggahan terakhir bagi kami untuk turun, namun karena tiada dermaga maka kami turun langsung naik longboat yang ada. Awalnya takut dan ragu-ragu, mau apa lagi kami pun satu persatu turun melompat dari Kapala ke Loangboat. Loangboat pun kandas di bibir pantai karena air laut surut. Kami pun berjalan menuju tempat tugas dengan berjalan kaki. Aku bermalam sejenak di sana, masih separuh perjalanan ‘kata kepala sekolah’. Sungguh pengalaman yang dramatis dan takkan aku bisa ulang kembali.
              Malam pun berlalu, mentari terik dan angin berhembus dengan lembut. Aku bersama  temanku dan kepala sekolah melanjutkan perjalanan menuju lokasi tugas yaitu kampung Atori. Dengan sebuah loangboat tanpa atap kami berangkat menuju lokasi. Kami tidak mengenakan pelampung, sungguh berani bukan. Padahal waktu itu ombak sedikit menemani perjalanan kami. Menurut kepala sekolah perjalanan menuju lokasi membutuhkan waktu 8 jam. Memang benar, namun bisa lebih tergantung mesin loangboat yang digunakan dan pengemudi. Di perjalanan kami singgah di sebuah Distrik milik teluk Bentuni. Di sana kami menginap semalaman di rumah atau tempat tinggal peserta SM-3T yang ditugaskan di sana. Sungguh melelahkan dan menyedihkan waktu itu, kami tidak berdaya oleh alam yang menemani kita.
              Esok paginya kami melanjutkan perjalanan, ditemani terik mentari yang menyengat. Kami merasa loyo dan dehidrasi karena panas mentari saat itu sungguh membakar kulit. Sekitar 5 jam lamanya kami duduk di loangboat tanpa kencing atau BAB. Perjalanan yang melelahkan dan butuh kesabaran dan kehati-hatian. Pasalnya ketika kami singgah dan bermalam, kami mendengar kisah bahwa ada buaya di muara yang akan kami lalui itu. Namun dalam perjalanan aku cari-cari ternyata tak muncul satu ekor pun buaya yang aku dapati. Sungguh membuat hati dag dig dar, padahal sudah aku siapkan kamera untuk memotret buaya itu. “Mungkin karena air pasang jadi buaya tidak menampakkan diri” kata kepala sekolah.
              Akhirnya perjalanan kami terbayar juga, kami sampai di kampung Atori. Sebelumnya kami melewati kampung Kamundan I dan II. Sayang sungguh sayang, rumah atau kopel guru masih berantakan padahal tubuh sudah lelah dan letih. Akhirnya kami dibantu anak murid membersihkan kopel. Siang pun berlalu begitu saja tiada yang spesial, sorenya mendadak ada warga membawa tombak dan menyodorkan kaki rusa. Aku pun menerimanya dan aku ucapkan terimakasih. Segera aku memberi tahu teman dan kepala sekolah, sepertinya orang yang menyodorkan kaki rusa esoknya menemui kepala sekolah.
              Akhirnya tugas dimulai sudah, namun karena siswa masih belum datang aku dan 2 temanku harus membantu 1 teman yang ada di SD Bukit Zaitun untuk mengajar di sana. Dua minggu lamanya hingga siswa SMP Persiapan Kokoda Utara datang semua. Pembelajaran pun dimulai namun ada sesuatu yang jangan siswa masih belum pandai membaca dan menulis. Inilah polemik dan problem yang jadi priyoritas utama. Seiring pembelajaran dimulai aku mengjarkan mereka cara membaca dan menulis. Namun masih saja mereka masih malu-malu mengeluarkan kata dari mulut mereka. Hingga tak terasa ujian semester ganjil dan genap berlalu. Ujian nasional dan praktek pun usai.
Bulan Agustus 2015 ini, aku merasa sedih karena aku sudah akan kembali ke rumah. Tiba-tiba saja aku sudah ditarik dari tempat aku mengabdi. Aku merasa kesal sekaligus senang. Kesalku aku merasa belum cukup memberikan perhatianku sepenuhnya untuk siswaku. Senangnya aku bisa menghirup udara teknologi nantinya di tempat tinggalku. Pengabdianku semoga menjadi pengalaman dan kisah yang tak terlupakan. Aku yang memilih untuk melakukan tiada yang bisa menghentikan.

Nah bagaimana teman-teman ceritanya cukup menarik bukan. Kalian bisa bagikan ke teman kalian lainnya atau ingin cerita kamu bisa terpajang di sini. Kirim saja ke inisialbas@gmail.com nanti ceritamu aku posting gratis.
 

0 Response to "#Edisi September 2015 Pulang dari Pengabdian"

Post a Comment